Skip to main content

Dead Stock dan Live Stock Pembangkit

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum

Ini adalah postingan pertama gue, kali ini gue mau share tentang perhitungan Dead Stock dan Live Stock di suatu unit pembangkit listrik. Sebagai contoh, gue mau ambil contoh pembangkit tempat gue kerja sekarang yang memakai bahan bakar HSD (High Speed Diesel). 

Dead Stock atau Stok Mati adalah stok bahan bakar yang tidak dapat diambil dari tempat penyimpanan bahan bakar. Yang menyebabkan bahan bakar tersebut tidak dapat diambil karena faktor teknis seperti level BBM yang ketinggiannya sudah di bawah pipa outlet nya.

Live Stock atau Stok Hidup adalah stok bahan bakar yang dapat diambil dari tempat penyimpanan bahan bakar. Untuk menghitung Live Stock ini adalah dengan cara mengukur volume bahan bakar yang terukur dari sonding, kemudian dikurangi nilai Dead Stock.

Live Stock = (Volume Total Hasil Sonding) - (Dead Stock)

Live Stock dalam prakteknya, ditulis dalam satuan hari bukan satuan volume. Karena dalam prakteknya kita ingin langsung mengetahui Volume Live Stock tersebut dapat digunakan pembangkit sampai berapa hari.

Contoh Kasus:
Hasil Sonding PLTG (Dual Fuel) MPP 1 x 25 MW Suge
Tanggal 01 Oktober 2018
Jam 10:00 WIB

Tempat Penyimpanan BBM: 
1. HSD Storage #1  = Capacity +- 900 KL
2. HSD Storage #2  = Capacity +- 900 KL
3. Clean Tank          = Capacity +- 85 KL
4. Raw Tank            = Capacity +- 85 KL

DEAD STOCK

Pengukuran dasar tanki ke pipa outlet
Pertama-tama kita mengukur dasar tanki HSD Storage #1 ke pipa outlet tanki, karena jika ketinggian BBM di dalam tanki sudah dibawah pipa outlet, maka BBM tidak dapat dikeluarkan lagi. Terukur tingginya 30 cm. Kemudian kita melihat Tabel Tera Tanki HSD Storage #1 (Tabel Tera adalah tabel yang dikeluarkan oleh Badan Metrologi yang berfungsi untuk mengukur volume tanki berdasarkan ketinggian cairan di dalam tanki).

Contoh tabel tera tanki HSD Storage #2
Berdasarkan tabel tera tanki HSD Storage #1, 30 cm menunjukkan volume BBM Dead Stock sebanyak 23,612 liter. Selanjutnya untuk tanki HSD Storage #2 jarak antara dasar tanki ke pipa outlet sama yaitu 30 cm. Namun karena tabel tera nya berbeda, volume BBM Dead Stock untuk tanki HSD Storage #2 adalah 25,158 liter

Contoh nameplate clean tank
Sementara untuk Raw Tank dan Clean Tank, untuk mengukur Dead Stock nya cukup sulit karena desain tankinya memiliki dinding berlapis ganda, dan pipa outletnya berupa pipa suction ke dasar tanki. Sehingga untuk Raw Tank dan Clean Tank ini, kita cukup melihat name plate tanki keluaran dari pabrikan nya. Raw Tank dan Clean Tank memiliki kapasitas yang sama yaitu 85,000 liter. Berdasarkan nameplatenya, ada SFL (Safe Fill Level) tanki sebesar 80,280 liter. Jika diasumsikan pipa suction tanki Raw Tank dan Clean Tank dapat menghisap seluruh BBM di dalam tanki, dan ketinggian 100% di tanki ini adalah sebesar 80,280 liter (nilai SFL), sisa volumenya untuk udara sebesar 4,720 dm3. Maka Dead Stock nya adalah 0 liter dan otomatis Live Stock nya adalah 80,280 liter.

Kesimpulannya Dead Stock MPP 1x25 MW Suge per tanggal 01 Oktober 2018:
HSD Storage 1 = 23,612 liter
HSD Storage 2 = 25,158 liter
Clean Tank       = 0 liter
Raw Tank         = 0 liter

LIVE STOCK

Untuk menghitung live stock, pertama-tama kita harus mengukur level cairan yang ada di dalam tanki. Untuk tanki HSD Storage #1 dan #2 cara mengukurnya adalah dengan menggunakan Tank Dipping Measuring Tape, sementara itu untuk Raw Tank dan Clean Tank menggunakan Dipping Measuring Stick. Kemudian setelah diketahui hasil sonding tanki, dikurangi nilai dead stock tanki nya. Setelah mengetahui Live Stock nya dalam satuan volume, cari Live Stock dalam satuan hari.

Contoh Kasus:
Hasil Sonding PLTG (Dual Fuel) MPP 1 x 25 MW Suge
Tanggal 01 Oktober 2018
Jam 10:00 WIB

Hasil Sonding keseluruhan tanki MPP 1x25 MW Suge per tanggal 01 Oktober 2018 sebagai berikut:
HSD Storage 1 = 640.931,2 L
HSD Storage 2 = 180.762,8 L
Clean Tank       = 69.000 L
Raw Tank         = 73.500 L
Total BBM       =  964,194 L

Kesimpulannya Live Stock MPP 1x25 MW Suge per tanggal 01 Oktober 2018:
HSD Storage 1   = 640.931,2 L - 23,612 L = 617.319,2 L
HSD Storage 2   = 180.762,8 L - 25,158 L = 155.604,8 L
Clean Tank         = 69.000 L - 0 L = 69,000 L
Raw Tank           = 73.500 L - 0 L = 73,500 L
Total Live Stock = 915.424 L

Konsumsi BBM rata-rata jika engine running selama 24 jam (baseload) dengan pembebanan 25% (7 MW) adalah sekitar 100.000 Liter.
Maka Live Stock dapat dipakai oleh engine untuk running selama:
(915.424 L) / (100.000 Liter/hari) =  9,15 hari

Sekian informasi tentang cara mencari Dead Stock dan Live Stock, jika ada yang ingin disampaikan silakan ditanyakan di Comment Section.

Wassalamualaikum,

Fajar Witama Wijaya
Content Creator

Comments

Popular posts from this blog

Membaca Process & Instrumentation Diagram (P&ID) Part 1

Process & Instrumentation Diagram (P&ID) akan kamu sering jumpai di berbagai instalasi/plant. Nama P&ID sudah jelas menunjukan artinya, tidak perlu dijabarkan lagi. Meskipun terkadang di lapngan namanya agak berbeda-beda, ada yang menamakannya Piping & Instrumentation Diagram, ada juga yang menamakannya Flow & Instrumentation Diagram (F&ID).  Untuk bisa membaca P&ID, pertama-tama kita harus membaca Legends & Symbols yang menjelaskan arti dari simbol yang ada di gambar. Dan di postingan ini gue mau share hanya tentang Legends & Symbols ini saja, karena di bagian ini saja ada banyak sekali informasi. Perlu diketahui bahwa Legends & Symbols ini bukan untuk dihapalkan, karena tiap P&ID bisa saja ada simbol yang sama namun berbeda artinya. Berikut ini contoh Legend pada sistem Water Treatment Plant: Di halaman pertama Legends & Symbols, ada beberapa kolom seperti control valve actuators dll. Meskipun terlihat ada banyak sekali s

Variable Speed Drive (VSD) Part 1

Untuk drive (menyalakan) motor induksi yang sederhana, biasanya menggunakan kontaktor 3 fasa. Satu buah kontaktor untuk drive DOL (Direct On Line), dua buah kontaktor untuk drive Forward-Reverse, dan tiga buah kontaktor untuk drive Star-Delta. Namun drive kontaktor ini tidak dapat mengendalikan kecepatan motor. VSD ABB ACS355 Untuk mengendalikan kecepatan motor, dalam teori ada beberapa cara untuk mengendalikan kecepatan motor, yaitu mengatur tegangan dan/atau frekuensi motor. Alat untuk mengendalikan kecepatan motor itu disebut Variable Speed Drive (VSD). Saya mau share tentang alat VSD yang ada di tempat kerja saya. VSD yang digunakan di tempat kerja saya adalah VSD ABB ACS355. Di dalam manualnya (bisa Anda cari dan baca sendiri di google), prinsip kerja VSD digambarkan sebagai berikut: Prinsip Kerja VSD ABB ACS355 Terdapat 4 komponen utama VSD: Rectifier, Capacitor Bank, Inverter, dan Brake Chopper. Bisa dilihat dari simbolnya, Rectifier adalah alat untuk mengonv

Sejarah Singkat: Teori & Teknologi Sistem Kontrol dan SCADA

Automatic Control berperan penting di berbagai bidang pengetahuan, baik itu sains maupun teknik. Teori dan praktek automatic control berguna untuk mencapai performa optimal dari sebuah sistem dinamis, dapat meningkatkan produktivitas, dan mempermudah manusia untuk melakukan pekerjaan yang berulang-ulang. Pertama kita bahas tentang sejarah perkembangan disiplin ilmu automatic control, agar kita bisa membuat frame di pikiran kita mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks. Pada abad ke-18, James Watt membuat centrifugal governor sebagai speed control untuk steam engine. Tahun 1922, Minorsky mengerjakan automatic controller untuk setir kapal dan dia bisa menunjukan bahwa kestabilan dapat ditentukan dari persamaan-persamaan differensial yang  mendeskripsikan sistem. Tahun 1932, Nyquist mengembangkan prosedur yang relatif sederhana untuk menentukan kestabilan dari closed-loop system berdasarkan respon open-loop terhadap input sinusoidal yang steady-state. Tahun